Jumat, 01 Juni 2018

Marga Berasa

Norman Sidabutar
BERASA
15 MEI · PARNA (GROUP TARO...
LAWATAN KE TANOH SINDEAS MANDUAMAS TAPTENG
Senin 14 Mei 2018 pukul 14.00 WIB. Saya tiba di Tugu Mpu Bada Sigalingging tepatnya di Tanoh Sindeas Kec. Manduamas Tapteng.
Matahari mengintip diselimuti awan dan hujan ritik-rintik. Saya mendekat mencari tahu penjaga Tugu. Di belakang Tugu, sebuah rumah di huni marga Naibaho. Ketika ku selidik, ternyata tidak satupun keturunan Mpu Bada Sigalingging domisili di sekitar Tugu.
Saya berusaha mencari informasi di sekitar Desa. Di Rumah Makan Berkah tidak jauh dari Tugu, saya bertemu dengan seseorang bermarga Berasa, biodata :
Nama : Jontrianus Berasa
Umur : 33 tahun
Alamat : Desa Peranginan Kec. Manduamas Tapteng
Pekerjaan : Wiraswasta.
Setelah saling mengenal, saya mengawali pembicaraan sedikit lebih serius sebagai berikut :
~Apakah Berasa masuk keturunan Parna ?.
Jontrianus : Bukan Pak.
~Apakah Jontrianus termasuk keturunan Mpu Bada Sigalingging yang terukir di Tugu itu ?.
Jontrianus : Betul Pak, kami termasuk keturunan Mpu Bada yang di Tugu itu.
~Pada Tugu Mpu Bada, tertulis dengan jelas marga Sigalingging. Bila Sigalingging Parna, Berasa salah satu keturunannya. Apakah mungkin Leluhurnya Parna sedangkan keturunannya bukan Parna ?. Atau, apakah Jontrianus berani mengatakan Sigalingging bukan Parna ?.
Jontrianus : Sigalingging memang Parna Pak. Tetapi Berasa sudah lama saling kawin mawin dengan marga Tinambunan dan Tumanggor di Desa ini. Dan..., katanya Berasa ada 2 bagian, sebagian masuk Parna sebagian lagi bukan Parna.
~Bila begitu, yang bukan masuk Parna masuk keturunan siapa ?. Apakah menurut anda ada marga Berasa keturunan Borbor atau Manik ?.
Jontrianus : Setahu saya tidak ada Berasa masuk Borbor atau Manik Pak.
~Bila begitu, Berasa yang anda emban keturunan dari mana ?.
Jontrianus : Begini ceritanya Pak. Sejak dahulu Berasa sudah kawin mawin dengan Tinambunan dan Tumanggor. Oppung saya boru Tumanggor, mama saya boru Tumanggor dan istri saya Boru Tumanggor.
~Begini saja anggia. Saya marga Sidabutar keturunan Tamba Tua. Menurut kamu Berasa yang di Tugu Mpu Bada itu keturunan siapa ?.
Jontrianus : Setahu saya, Sigalingging keturunan Munte Tua Pak (saya ; panggil abang saja), oh ya bang. Dia lanjutkan ; bila Sigalingging keturunan Munte Tua, sudah pasti seluruh keturunannya keturunan Munte Tua bang.
~Ternyata pintar juga kamu anggia. Begini saja saran saya ; yang sudah, sudahlah. Sampaikan pada seluruh anak-anak mu bahwa tidak boleh lagi menikah dengan marga Tinambunan dan Tumanggor. Dengan demikian, generasi dibawahmu akan kembali ke akar yang sesungguhnya dan mereka akan berani dengan tegas mengatakan "KAMI ADALAH PARNA".
Jontrianus : Siap bang, mulai sekarang akan saya pikirkan dan akan saya sampaikan pada dongan tubu di Desa ini.
Terimakasih.

Sejarah Turnip

Marga Turnip adalah salah satu dari ratusan marga Batak yang leluhurnya berasal dari Pulau Samosir. Marga Turnip juga merupakan salah satu bagian dari marga yang tergabung dalam Pomparan ni Raja Nai Ambaton (PARNA). Pomparan ni si Raja Naiambaton biasa disingkat menjadi PARNA, yaitu marga-marga yang dipercayai sebagai keturunan dari Raja Naiambaton yang karenanya tidak boleh menikah satu dengan yang lainnya. Hal ini dipertegas dalam tulisan-tulisan pustaha Batak yang berbunyi “Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru ” dalam bahasa Batak Toba, yang dapat diartikan dengan ”Keturunan Raja Naiambaton adalah sama-sama pemilik putra dan putri,” yang dalam arti lebih luas lagi dapat diartikan bahwa ”Putra-putri keturunan marga-marga Naiambaton tidak boleh menikah satu sama lain.” Satu tulisan menyatakan bahwa Raja Naiambaton merupakan keturunan keenam dari Raja Batak, seperti berikut: Raja Batak memperanakkan Guru Tateabulan , memperanakkan Raja Isumbaon, memperanakkan Tuan Sorimangaraja , memperanakkan Raja Asiasi , memperanakkan Sangkaisomalindang , dan memperanakkan Raja Naiambaton. Hingga saat ini keseluruhan jumlah marga PARNA adalah sekitar 65 marga. Nenek moyang marga Turnip adalah Tamba Tua, Adik Sibolon Tua dan Abang Saragi Tua, Munte Tua, dan Nahampun Tua. Beberapa marga pomparan Datu Parngongo antara lain: Sidabutar, Sijabat, Siadari dan Sidabalok) atau dikenal dengan panggilan Oppu Raja Manise (Raja Turnip) yang awalnya mendiami daerah pesisir Pulau Samosir tepatnya Simanindo (sekarang ini Kecamatan Simanindo). Oppu Raja Manise memiliki dua keturunan yakni Oppu Raja Oloan yang mendiami Lumban Uruk dan Oppu Raja Banua yang mendiami Lumban Turnip. Dari Oppu Raja Oloan memperanakkan Guru Mangata Manuk, sedangkan Oppu Raja Banua memiliki 5 anak laki-laki dan keturunan dari Oppu Jamanindo yang dapat diuraikan di bawah ini. Oppu Raja Banua mempunyai lima keturunan yaitu (1) Oppu Marhilap, (2) Oppu Mualni Huta, (3) Oppu Sotardugur, (4) Oppu Raja Mamatik dan (5) Oppu Tagor. Keturunan Oppu Marhilap dan Oppu Tagor mendiami Lumban Turnip, keturunan Oppu Mualni Huta mendiami Peajolo, keturunan Oppu Sotardugur mendiami Rautbosi dan Oppu Raja Mamatik mendiami Huta Ginjang dan Lintong. Oppu Sotardugur memperanakkan Putra 3; 1.Am Sotardugur menetap di rautbosi 2.Oppu Sileang Mangebas konon dikabarkan merantau ke daerah dolok (daerah perbukitan Pulau Samosir) dan menetap di Huta Janji Maria Dolok. 3.Oppu Saragitua sondiraja. Masa kecilnya tinggal di parbaba sampai dewasa.dan meninggalkan harangnihorbo(janjimaria lbn Saragi ) dari parbaba pergi merantau ke Simalungun Haranggaol.Oppu Saragitua Sondiraja mempunyai 2 putra 1.Oppu Jorngat laut saragih turnip menetap di haranggaol. 2.Oppu Mangaliat Saragi turnip di antar Oppu Saragitua Sondiraja turnip ke parbaba dan menetap di janjimaria lumban Saragi.dan keturunan Oppu Mangaliat inilah cenderung memakai marga Saragi. Dari tempat-tempat inilah Marga Turnip (keturunan Guru Sojouon) merantau keluar dari Pulau Samosir. Sebagian besar ada yang menetap di Kabupaten Simalungun, Kabupaten Deli Serdang, Kotamadya Medan, Kabupaten Labuhan Batu,Kabupaten Asahan, bahkan ada yang keluar dari Provinsi Sumatera Utara. Hubungan Turnip dengan Siallagan dan Simarmata Salah satu keturunan dari Ompu Raja Tamba Tua Ompu boru Malau Pase bernama Toga Turnip. Toga Turnip juga mempunyai abang yaitu Tamba Sitonggor dan Siallagan. Selain itu, Siallagan, Turnip, Simarmata (Pinompar ni Saragi Tua) mempunyai padan (janji yang spesial) lebih dari sekedar sama sama parna, yaitu si sada anak si sada boru, artinya keturunan simarmata keturunan turnip juga, keturunan turnip keturunan simarmata juga, keturunan turnip keturunan siallagan juga, dan seterusnya, namun bukan berarti Simarmata keturunan dari Tamba Tua, padan inilah yang menyebabkan banyak orang mengira Simarmata bagian dari Tamba Tua. Sebelum marga turnip terbentuk janji itu telah di ikat oleh ketiga oppung kita itu (turnip raja, simata raja, siallaga raja). Mereka mengikat janji ini karena mereka telah saling menolong sejak masi muda. Terutama ketika Siallagan dan Turnip diserang oleh musuh yang berasal dari kerajaan Simalungun, ketika itu Simata Raja yang sedang singgah di huta Siallagan dan Turnip turut membantu kedua hahanya untuk mengalahkan musuh. Suatu padan yang harus diteruskan ke anak cucu sebab pepatah lama berkata: Togu urat ni bulu, Togu an urat ni padang Togu hata ni uhum, Togu an hata ni padan.