Jumat, 01 Juni 2018
Sejarah Turnip
Marga Turnip adalah salah satu dari ratusan marga Batak yang leluhurnya berasal dari Pulau Samosir. Marga Turnip juga merupakan salah satu bagian dari marga yang tergabung dalam Pomparan ni Raja Nai Ambaton (PARNA). Pomparan ni si Raja Naiambaton biasa disingkat menjadi PARNA, yaitu marga-marga yang dipercayai sebagai keturunan dari Raja Naiambaton yang karenanya tidak boleh menikah satu dengan yang lainnya. Hal ini dipertegas dalam tulisan-tulisan pustaha Batak yang berbunyi “Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru ” dalam bahasa Batak Toba, yang dapat diartikan dengan ”Keturunan Raja Naiambaton adalah sama-sama pemilik putra dan putri,” yang dalam arti lebih luas lagi dapat diartikan bahwa ”Putra-putri keturunan marga-marga Naiambaton tidak boleh menikah satu sama lain.” Satu tulisan menyatakan bahwa Raja Naiambaton merupakan keturunan keenam dari Raja Batak, seperti berikut: Raja Batak memperanakkan Guru Tateabulan , memperanakkan Raja Isumbaon, memperanakkan Tuan Sorimangaraja , memperanakkan Raja Asiasi , memperanakkan Sangkaisomalindang , dan memperanakkan Raja Naiambaton.
Hingga saat ini keseluruhan jumlah marga PARNA adalah sekitar 65 marga.
Nenek moyang marga Turnip adalah Tamba Tua, Adik Sibolon Tua dan Abang Saragi Tua, Munte Tua, dan Nahampun Tua. Beberapa marga pomparan Datu Parngongo antara lain: Sidabutar, Sijabat, Siadari dan Sidabalok) atau dikenal dengan panggilan Oppu Raja Manise (Raja Turnip) yang awalnya mendiami daerah pesisir Pulau Samosir tepatnya Simanindo (sekarang ini Kecamatan Simanindo). Oppu Raja Manise memiliki dua keturunan yakni Oppu Raja Oloan yang mendiami Lumban Uruk dan Oppu Raja Banua yang mendiami Lumban Turnip. Dari Oppu Raja Oloan memperanakkan Guru Mangata Manuk, sedangkan Oppu Raja Banua memiliki 5 anak laki-laki dan keturunan dari Oppu Jamanindo yang dapat diuraikan di bawah ini.
Oppu Raja Banua mempunyai lima keturunan yaitu (1) Oppu Marhilap, (2) Oppu Mualni Huta, (3) Oppu Sotardugur, (4) Oppu Raja Mamatik dan (5) Oppu Tagor. Keturunan Oppu Marhilap dan Oppu Tagor mendiami Lumban Turnip, keturunan Oppu Mualni Huta mendiami Peajolo, keturunan Oppu Sotardugur mendiami Rautbosi dan Oppu Raja Mamatik mendiami Huta Ginjang dan Lintong. Oppu Sotardugur memperanakkan Putra 3; 1.Am Sotardugur menetap di rautbosi
2.Oppu Sileang Mangebas konon dikabarkan merantau ke daerah dolok (daerah perbukitan Pulau Samosir) dan menetap di Huta Janji Maria Dolok. 3.Oppu Saragitua sondiraja. Masa kecilnya tinggal di parbaba sampai
dewasa.dan meninggalkan
harangnihorbo(janjimaria lbn
Saragi ) dari parbaba pergi
merantau ke Simalungun Haranggaol.Oppu Saragitua
Sondiraja mempunyai 2 putra
1.Oppu Jorngat laut saragih turnip menetap di haranggaol.
2.Oppu Mangaliat Saragi turnip di antar Oppu Saragitua
Sondiraja turnip ke parbaba
dan menetap di janjimaria lumban Saragi.dan keturunan
Oppu Mangaliat inilah cenderung memakai marga Saragi.
Dari tempat-tempat inilah Marga Turnip (keturunan Guru Sojouon) merantau keluar dari Pulau Samosir. Sebagian besar ada yang menetap di Kabupaten Simalungun, Kabupaten Deli Serdang, Kotamadya Medan, Kabupaten Labuhan Batu,Kabupaten Asahan, bahkan ada yang keluar dari Provinsi Sumatera Utara.
Hubungan Turnip dengan Siallagan dan Simarmata
Salah satu keturunan dari Ompu Raja Tamba Tua Ompu boru Malau Pase bernama Toga Turnip. Toga Turnip juga mempunyai abang yaitu Tamba Sitonggor dan Siallagan. Selain itu, Siallagan, Turnip, Simarmata (Pinompar ni Saragi Tua) mempunyai padan (janji yang spesial) lebih dari sekedar sama sama parna, yaitu si sada anak si sada boru, artinya keturunan simarmata keturunan turnip juga, keturunan turnip keturunan simarmata juga, keturunan turnip keturunan siallagan juga, dan seterusnya, namun bukan berarti Simarmata keturunan dari Tamba Tua, padan inilah yang menyebabkan banyak orang mengira Simarmata bagian dari Tamba Tua. Sebelum marga turnip terbentuk janji itu telah di ikat oleh ketiga oppung kita itu (turnip raja, simata raja, siallaga raja). Mereka mengikat janji ini karena mereka telah saling menolong sejak masi muda. Terutama ketika Siallagan dan Turnip diserang oleh musuh yang berasal dari kerajaan Simalungun, ketika itu Simata Raja yang sedang singgah di huta Siallagan dan Turnip turut membantu kedua hahanya untuk mengalahkan musuh. Suatu padan yang harus diteruskan ke anak cucu sebab pepatah lama berkata:
Togu urat ni bulu, Togu an urat ni padang
Togu hata ni uhum, Togu an hata ni padan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar